www.jakartavnews.com – Ketika saya tiba di Desa Leppangang, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, hati saya tak hanya berbicara tentang menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik. Ini adalah momen yang menguji apakah ilmu yang saya pelajari sepanjang ini sanggup menjawab tantangan nyata di lapangan, terutama yang berkaitan dengan lingkungan dan kehidupan petani di daerah tersebut.
Desa ini adalah tempat di mana sebagian besar penduduknya mengandalkan pertanian untuk kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, saya juga melihat keprihatinan yang mendalam: sampah yang berserakan, ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia yang berbahaya, serta kebutuhan energi rumah tangga yang belum optimal. Pemahaman ini mengarahkan saya untuk merancang program yang diharapkan dapat memberikan solusi konkret.
Saya menyusun empat program dengan harapan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat desa. Pertama, edukasi tentang dampak limbah sampah terhadap tanah yang berguna untuk meningkatkan kesadaran. Kedua, pembuatan pestisida organik dari puntung rokok untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia. Ketiga, produksi pupuk organik cair dari feses ayam yang lebih ramah lingkungan. Keempat, pembuatan briket dari tempurung kelapa sebagai alternatif sumber energi yang lebih efisien.
Pengantar yang sederhana ini tampaknya tidak cukup untuk meyakinkan para warga yang terkesan skeptis. Beberapa di antara mereka bahkan mengekspresikan keraguan yang jelas. “Awalnya saya berpikir ini hanya sekadar teori dari mahasiswa,” ujar salah satu warga dengan nada skeptis. Namun, perubahan mulai terlihat setelah kami melakukan implementasi program-program tersebut.
Pergantian Skeptisisme Menjadi Dukungan di Masyarakat
Pada malam 28 Juli 2025, Aula Desa menjadi saksi pergeseran sikap warga. Sekitar 35 hingga 40 orang, termasuk Kepala Dusun dan Kepala Desa, hadir ingin tahu lebih lanjut. Sejak saat itu, dukungan mulai mengalir; warga menyaksikan langsung bagaimana program-program ini membawa manfaat konkret dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Perlahan, skeptisisme yang semula ada mulai memudar. Dalam waktu yang singkat, antusiasme menggantikan keraguan yang pernah mengganggu mereka. Melihat hasil dari program-program ini, warga menjadi lebih bersemangat untuk terlibat dan memanfaatkan pengetahuan yang telah dibagikan.
Salah satu tantangan yang muncul berasal dari bahasa. Logat Bugis yang digunakan sehari-hari membuat saya harus lebih banyak mendengarkan. Ketika saya mencoba menyebut istilah “feses ayam” secara formal, reaksi beberapa warga justru cetus tawa, “Bilang saja tai ayam,” ujar seorang ibu sambil tersenyum. Tawa ini menjadi jembatan komunikasi, membuat interaksi kami menjadi lebih dekat dan hangat.
Keluhan Warga yang Mengarah pada Inovasi
Salah satu momen yang membuka mata saya adalah ketika seorang petani mengeluhkan mahalnya harga pupuk. “Saya beli pupuk mahal, tapi tanah makin keras,” ujarnya dengan nada frustrasi. Dari keluhan tersebut, saya mendapatkan pencerahan bahwa mereka membutuhkan solusi yang accessible, yang bisa dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar mereka.
Program pembuatan pestisida dari puntung rokok memicu rasa ingin tahu warga. Mereka mulai menyadari bahwa limbah yang selama ini dibuang bisa menjadi solusi yang ramah lingkungan. Urusan bahan yang tidak terpakai kini bertransformasi menjadi sumber daya yang berguna bagi pertanian mereka.
Perhatian para ibu rumah tangga terhadap briket dari tempurung kelapa sangat mengesankan. “Hemat, bisa masak lebih lama,” teriak salah satu ibu dengan wajah ceria. Mereka merasa terbantu dengan adanya alternatif bahan bakar yang lebih efisien dan ekonomis. Ini adalah langkah kecil yang memberikan dampak besar dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Transformasi Limbah Menjadi Sumber Daya
Setiap pagi, saya sering melihat sampah yang berserakan di kebun dan sungai-dan hal ini menggerakkan saya untuk bertindak. Melalui program ini, saya ingin sekali menunjukkan bahwa limbah bukanlah musibah, melainkan sebuah potensi yang bisa dikelola dengan baik. Konsep bahwa limbah bisa menjadi sumber daya baru sangat penting untuk ditanamkan dalam pikiran warga.
Perubahan besar seharusnya dimulai dari kesadaran kecil. Jika masyarakat mampu memandang limbah sebagai peluang, masa depan lingkungan desa ini akan terlihat lebih cerah. Kesadaran untuk mengelola dan memanfaatkan limbah dengan baik akan menciptakan dampak positif yang lebih luas di masyarakat.
Pengalaman berharga ini sangat mengajarkan saya tentang pentingnya keberanian untuk mendengar dan mencoba sesuatu yang baru. Solusi yang paling efektif sering kali berakar dari observasi dan interaksi yang dilakukan. Melalui empati, kami dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan produktif dengan masyarakat.
Refleksi dan Harapan Pasca Program KKN
Setelah menyelesaikan program KKN, saya pulang dengan harapan baru yang tumbuh dalam diri saya. Ini bukan sekadar tentang keberhasilan program, tetapi lebih pada keyakinan bahwa benih yang telah kami tanam bersama akan terus berkembang. Harapan ini bukanlah ilusi, namun sebuah kenyataan yang ingin saya lihat terwujud di Desa Leppangang.
Proses ini memberikan pelajaran berharga bahwa keberhasilan tidak selalu harus datang dari luar, tetapi dapat bersemayam di dalam diri masyarakat sendiri. Dengan menerapkan teori dalam praktik sehari-hari, kami dapat melihat perubahan yang nyata. “Kalau cuma teori tanpa praktik, tidak akan ada perubahan,” adalah pesan penting yang saya bawa pulang.
Pengalaman di Desa Leppangang menggugah semangat saya untuk terus berkontribusi. Transformasi dari skeptisisme menjadi antusiasme adalah sebuah perjalanan indah yang akan selalu saya ingat. Melalui inovasi sederhana yang menyentuh kebutuhan nyata, kami telah menciptakan harapan baru bagi warga desa dan lingkungan sekitarnya.