www.jakartavnews.com – Online24, Maros – Kirab Budaya Maros 2025 yang berlangsung di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, berhasil menarik perhatian sekitar 5.000 warga dan pengunjung dari berbagai daerah. Acara ini merupakan bagian dari Festival Gau Maraja yang juga merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66 Kabupaten Maros, menampilkan ragam budaya dan tradisi lokal yang kaya.
Pada acara yang berlangsung pada 3 Juli 2025 ini, ribuan peserta mengenakan pakaian adat dari berbagai suku dan daerah berjalan kaki sejauh hampir 3 kilometer. Rute yang dilalui dimulai dari Rumah Jabatan Bupati Maros dan berakhir di Lapangan Pallantikang, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat di antara semua peserta.
Menariknya, Bupati Maros, Chaidir Syam, dan Wakil Bupati Murtazim Mansyur juga ikut serta dalam kirab ini. Kehadiran para pimpinan daerah tersebut menambah keseruan dan keakraban, menunjukkan komitmen kepada pelestarian budaya lokal dan kebersamaan dengan masyarakat.
“Kirab ini menjadi wadah bagi kami semua untuk mempererat silaturahmi dan melestarikan budaya lintas daerah. Kehadiran hampir semua lembaga adat, kekaraengan, serta perwakilan dari 14 kecamatan sangat kami apresiasi. Bahkan ada peserta dari Jepang, serta daerah lain seperti Sidrap, Bone, dan Luwu Timur,” ujar Bupati Chaidir Syam dalam sambutannya.
Suasana semakin semarak dengan berbagai atraksi budaya dan peragaan simbol adat dari setiap daerah yang ikut berpartisipasi. Momen tersebut tidak hanya menyajikan pemandangan indah tetapi juga menjadi ajang pertukaran budaya yang menarik antara peserta lokal dan internasional.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, juga diadakan Pameran Bilah Pusaka di sekitar area pertunjukan. Pameran ini menghadirkan ratusan koleksi keris dan badik dari berbagai daerah, termasuk koleksi istimewa yang dimiliki oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Festival Gau Maraja 2025 tidak hanya berhenti pada kirab, namun diakhiri dengan Simposium Internasional yang diikuti oleh 540 peserta dari 12 negara. Simposium ini mendatangkan sejumlah peneliti ternama, termasuk tim arkeolog dari Australia yang berkontribusi besar dalam penelitian kawasan situs purba di Leang-Leang, Maros.
Acara ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga warisan budaya dan tradisi, setidaknya dalam konteks festival ini. Melalui kegiatan ini, masyarakat diajak untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal di tengah pengaruh budaya asing yang semakin kuat.
Pesan Moral dari Kirab Budaya Maros 2025
Dari setiap jejak langkah yang diambil oleh peserta kirab, tersimpan pesan moral tentang pentingnya gotong royong dan kebersamaan. Acara ini tidak hanya menjadi sarana merayakan keberagaman budaya tetapi juga memperkuat tali silaturahmi antarwarga dari berbagai latar belakang.
Pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat juga menjadi sorotan utama. Bupati Chaidir Syam dan Wakil Bupati Murtazim Mansyur tidak hanya berperan sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai panutan yang hadir di tengah masyarakat. Hal ini memberi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih terlibat dalam melestarikan budaya mereka.
Di era globalisasi yang serba cepat ini, pelestarian budaya lokal menjadi sangat relevan. Melalui kirab ini, generasi muda diingatkan akan pentingnya memahami dan menghargai warisan budaya mereka sendiri, sekaligus berani memperkenalkannya ke dunia luar. Kegiatan semacam ini menjadi cara efektif untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Warga yang berpartisipasi dalam kirab ini juga memiliki kesempatan untuk belajar tentang keragaman yang ada di daerahnya. Melalui budaya yang berbeda, mereka menjadi lebih toleran dan menghargai perbedaan. Festival ini menjadi momen yang tepat untuk berbagi cerita dan pengalaman, yang bisa mengikat masyarakat dalam satu ikatan yang lebih kuat.
Peran Festival Dalam Memperkuat Identitas Lokal
Festival Gau Maraja 2025 berhasil memperlihatkan bagaimana seni dan budaya lokal dapat menjadi alat untuk memperkuat identitas. Setiap tarian, alat musik, dan kostum yang ditampilkan memiliki makna yang mendalam. Ini semua menunjukkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Maros dan daerah sekitarnya.
Pameran Bilah Pusaka juga memberikan wawasan berharga tentang sejarah dan seni kerajinan tangan yang patut diapresiasi. Koleksi keris dan badik yang dipamerkan bukan sekadar benda mati; mereka adalah simbol perjuangan, tradisi, dan identitas yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Simposium Internasional yang diadakan memberikan platform bagi para akademisi untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan mengenai pentingnya pelestarian budaya. Ketika berbagai pandangan dan teori dipertukarkan, hal ini berkontribusi pada pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana budaya dapat bertahan dalam arus modernisasi.
Dengan demikian, festival ini menjadi lebih dari sekedar perayaan; ia menjadi katalisator dalam proses perbaikan dan pelestarian identitas. Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat mengingat dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya mereka.
Kesimpulan tentang Esensi Kirab Budaya Maros
Kirab Budaya Maros 2025 membawa makna dan dampak yang luas bagi masyarakat. Selain menjadi ajang perayaan, festival ini mengedukasi dan mengingatkan akan pentingnya menjaga warisan budaya. Setiap gerak langkah peserta adalah langkah menuju masa depan yang lebih berbudaya dan beradab.
Partisipasi warga dan kehadiran berbagai komunitas dari luar negeri menjadikan acara ini semakin berharga. Hal ini menunjukkan bahwa budaya tidak mengenal batas, dan ketika kita memamerkan budaya kita dengan bangga, kita juga membangun jembatan menuju pemahaman dan penghargaan yang lebih besar di kancah global.
Semoga Festival Gau Maraja dan kirab budaya ini dapat berlangsung setiap tahun, terus menggugah semangat kebersamaan dan keinginan untuk melestarikan budaya dalam diri generasi muda. Pelestarian budaya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tugas kita semua sebagai masyarakat yang cinta akan warisan leluhur.